Showing posts with label Dengan. Show all posts
Showing posts with label Dengan. Show all posts

Thursday, 31 March 2011

Artis Korea Jang Ja-yeon Untuk Mendapat Peran Dalam Film Boys Before Flower Ternyata Harus Ngeseks Dengan 31 Pria Sebanyak 100 Kali Sebagai Bayaran

Publik Korea Selatan saat ini diguncangkan oleh skandal seks besar berkaitan dengan peristiwa bunuh diri aktris Jang Ja-yeon pada Maret, dua tahun lalu. Beberapa hari lalu, para penggila internet mengungkap daftar 31 nama pengusaha yang telah menjadi ‘tamu’ Ja-yeon.


Beberapa nama itu adalah Presiden Direktur Chosun Journal, Bang Sang-hoon; Wakil Presiden Direktur Sports Chosun, Bang Myung-hoon; bos Lotte, Shin Kyuk-ho; bos Kolon, Lee Woong-ryeol; bekas produser drama stasiun televisi KBS dan Presiden Direktur Olive 9, Go Dae-hwa; produser drama All My Love KBS, Jun Chang-geun; produser drama KBS, MBC, dan SBS, Jung Seho. Ja-yeon juga dipaksa melayani Produser Drama KBS, Boys Before Flower, Jun Gi-sang dan penata musik Boys Before Flowers, Playful Kiss, Goong, Perfect Couple, Song Byung-joon. Dua nama terarkhir ini kemungkinan menjadi jalan keterlibatan Ja-yeon dalam serial fenomenal Korea, Boys Before Flowers. Di serial yang mempopulerkan Lee Min-ho itu, Ja-yeon berperan sebagai Sunny.



Daftar nama itu diperoleh dari tulisan tangan artis tersebut yang frustrasi lantaran dipaksa pihak agensinya untuk melayani mereka. Polisi yang menyelidiki kasus bunuh diri itu menemukan daftar nama itu berada di antara 230 dokumen surat Ja-yeon kepada teman-temannya.


Tentu saja ada penyangkalan langsung untuk mengklarifikasi kabar itu. Hari ini waktu Korea, Chosun Journal mengatakan bahwa bos mereka tidak terlibat dalam tragedi itu. “Nama presiden direktur Chosun Journal yang disebut dalam daftar itu sebenarnya bekas presiden direktur Sports Chosun. Alasan mengapa Jang Ja-yeon menulis Chosun Journal itu karena pimpinan agensinya yakni Kim Jong-seung memaksa menyebut bekas bos Sports Chosun itu sebagai bos kami,”demikian ditulis dalam surat bantahan itu.


Stasiun televisi SBS tiga hari lalu dalam program 8 O’clock News mengungkapkan ada 50 kontainer yang berisi 230 dokumen tulisan tangan Ja-yeon. Dalam dokumen dengan judul Snow itu menggambarkan cerita yang tidak terungkap dari selebritas itu. “Polisi yang menginvestigasi kasus itu menemukan fakta-fakta ini tapi memilih mengabaikannya. Jang Ja-yeon meminta pembalasan melalui dokumen itu,”demikian dikatakan oleh pembaca berita itu.


Program itu juga memberitakan Jang Ja-yeon dipaksa melayani 31 orang sebanyak seratus kali.

Sunday, 27 February 2011

Grup Band Nidji Prihatin Dengan Generasi Muda Indonesia Terkait Kerusuhan

Kerusuhan yang terjadi beberapa waktu lalu juga menjadi keprihatinan band Nidji. Bagi mereka, seseorang yang memegang teguh agamanya seharusnya justru mencintai semua agama.


”Kami berenam ini religius. Saya merasa diri fanatik. Karena itu, saya mencintai semua agama. Menurut saya, semua orang seharusnya merasakan itu, saling mencintai dan berusaha menjadi rahmat bagi dunia ini,” kata sang vokalis, Giring Ganesha, mewakili kelima rekannya sebelum tampil dalam ”Nidji Live in Valentine’s Concert: Hari yang Terindah” di Solo, Jawa Tengah, Senin (14/2) malam.


Nidji lewat beberapa karyanya menyuarakan semangat kerukunan itu, seperti dalam lagu ”Arti Sahabat” dan ”Tuhan Maha Cinta”. Liriknya bercerita tentang cinta pada kehidupan, keluarga, dan pekerjaan.


Pekan depan, Nidji memulai penggarapan album keempat, dengan semangat tetap menyuarakan generasi muda seusianya. ”Kami bercerita tentang bagaimana anak muda melihat cinta, persahabatan, impian, dan cara meraihnya,” ucap Giring.


Selain Giring, awak Nidji lainnya, Andro (bas), Adri (drum), Rama (gitar), Randy (kibor), dan Ariel (gitar), menjanjikan musik yang lebih bervariasi dalam album terbaru nanti.


Pekan ini single terbarunya, ”Indahnya Cinta”, sudah mengudara di radio-radio.


View the original article here

Wawancara Dengan Santana: Kita Semua Anak Anak Terang

”When the power of love replace the love of power: peace – Ketika kekuatan cinta menggantikan cinta akan kekuasaan: itulah perdamaian,” kata gitaris Carlos Santana (63) dalam wawancara dengan ”Kompas”, Rabu (16/2) pagi.


Carlos Santana bagi sementara orang adalah ”Black Magic Woman,” ”Oye Como Va”, atau ”Samba Pati”. Itulah lagu-lagu yang memopulerkan Santana di Indonesia pada awal 1970-an. Dan terbukti, Santana melintas zaman. Menjelang akhir era 1990-an, gitar Santana meramaikan belantika musik dunia lewat lagu ”Smooth” yang dibawakan vokal Rob Thomas, serta ”Maria Maria”. Keduanya dari album Supernatural yang memborong sembilan penghargaan Grammy—delapan di antaranya untuk Santana. Album itu terjual 15 juta kopi.


Itulah bagian dari jejak Santana di jagat musik. Akan tetapi, bagi Santana, musik bukan sekadar urusan angka penjualan atau penghargaan Grammy. Musik memang harus membuat orang bahagia, berjingkrak-jingkrak. Namun, dengan bermain musik, Santana ingin mendapatkan makna yang lebih dalam.


”Bermain musik itu sebuah kesempatan untuk menyentuh hati manusia dan mengingatkan mereka bahwa hidup itu bisa indah. Bahwa hidup adalah kemungkinan-kemungkinan yang indah,” kata Santana yang bertelepon dengan Kompas dari New York, Amerika Serikat.


”Maka, kami bermain musik untuk mengangkat semangat hidup. Musik itu mempunyai kekuatan menyembuhkan orang dari rasa takut. Musik itu semangat yang indah,” kata Santana yang namanya mulai melambung ketika tampil di Festival Woodstock, New York, 15-18 Agustus 1969.


Santana masih dilingkupi harapan yang ditiupkan generasi Woodstock. Kaum muda, termasuk para seniman musik saat itu, mengekspresikan keresahan dan pemberontakan mereka dengan alternatif kehidupan yang lebih baik.


”Harapan kami sama dengan kaum muda era 1960-an, bahwa suatu hari akan datang kedamaian menyeluruh di seluruh planet. Bahwa suatu hari akan ada lebih banyak sukacita dari pada kesedihan. Prinsip-prinsip the sixties itu masih hidup,” kata Santana.


Cinta dan rasa takut


Dengan semangat itulah Santana akan datang ke Jakarta. Ia akan tampil pada ajang Jakarta International Java Jazz Festival 2011 yang digelar tanggal 4-6 Maret mendatang. Ia direncanakan tampil pada 4 dan 5 Maret.


”Saya percaya musik mempunyai kekuatan membawa manusia untuk merayakan persatuan dan harmoni hidup,” kata Santana dengan suara yang berat, tenang.


Kesadaran akan pentingnya harmoni kehidupan itu perlu dibangkitkan terus-menerus karena manusia kadang menciptakan sekat-sekat. Musik menjadi pengingat akan hal itu.


”Kadang manusia menciptakan pagar dan batas karena rasa takut. Musik mengingatkan kita akan cinta. Bukankah hanya ada dua hal di planet ini: cinta dan rasa takut,” kata Santana, tetap dengan cara bicara yang santun dan teduh.


”Amat sangatlah mahal membuat pertahanan, melindungi dan menyerang. Akan lebih baik jika kita membuka tangan lebar-lebar, berbagi makanan atau tempat berteduh, atau juga senyuman. Love is free, but fear is expensive—cinta itu bebas, tapi ketakutan itu mahal.”


Santana tidak hanya berbicara. Ia mewujudkan omongan itu dengan usaha-usaha karitatif, antara lain dengan mendirikan Milagro Foundation pada 1998. Ini merupakan yayasan untuk membantu anak-anak tak mampu dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan seni.


Pada sampul album terbarunya, Santana: Guitar Heaven, gitaris itu mencantumkan maklumat tentang yayasan Milagro, yang artinya miracle, keajaiban. Sebagian dari hasil penjualan album, tiket konser, dan segala produk dengan lisensi Santana akan disumbangkan untuk anak-anak.


”Berinvestasi pendidikan yang baik dan makanan yang baik pada anak-anak adalah lebih dari segalanya,” katanya saat menjawab pertanyaan tentang misi Milagro Foundation.


”Karena semakin baik anak-anak mendapat pendidikan, ketika mereka tumbuh besar nanti, mereka akan menjadi orang yang penuh welas asih (compassion). Mereka tidak akan menjadi orang brutal, dan mereka tidak hidup dengan kekerasan,” kata Santana yang mengaku mendapat banyak inspirasi dari para bijak, mulai dari Mahatma Gandhi sampai Ibu Teresa.


Anak-anak terang


Santana akan datang ke Indonesia untuk kedua kalinya setelah berkonser di Jakarta pada 9 Mei 1996. Kali ini tampil di Java Jazz bersamaan dengan ”Santana Guitar Heaven World Tour 2011”, menyusul rilis album Guitar Heaven: The Greatest Guitar Classic of All Time terbitan Arista, 2010.


Pada album tersebut Santana membawakan lagu-lagu yang pernah kondang. Sebagian besar lagu lahir dari tangan-tangan gitaris. Ia, misalnya, membawakan ”Smoke on the Water” milik Deep Purple. Lagu tersebut dimainkan Santana dengan tetap menggunakan riff gitar seperti yang pernah ditorehkan gitaris Ritchie Blackmore, gitaris Deep Purple.


”Kami menghormati versi orisinal, tetapi kami juga memainkannya dengan cara berbeda,” kata Santana tentang ”Smoke on the Water” yang melibatkan suara Jacoby Shaddix, vokalis band rock Papa Roach.


Santana juga memilih ”Whole Lotta Love” dari Led Zeppelin, ”While My Guitar Gently Weeps”-nya Beatles, sampai ”Can’t You Hear Me Knocking” dari Rolling Stones. ”Itu semua lagu-lagu bagus dan funky. Ini kesempatan kami membawanya ke tempat dan suasana yang berbeda,” kata Santana tentang pilihan lagu-lagu dalam album terbarunya.


Meski memainkan lagu ”milik” orang lain, paraf atau torehan personal Santana tetap terasa pada gitarnya. Apa yang keluar dari gitar bagi Santana bukan bunyi instrumen berdawai, tapi suara, voice, dari hati. ”Saya main dari hati, untuk hati,” katanya.


Nama Santana sudah beberapa kali disebut penyelenggara Java Jazz sebagai calon penampil. Namun, baru tahun ini Santana akan datang. Mengapa akhirnya Anda memutuskan datang juga ke Indonesia?


”Saya kira ini saat yang baik karena kami membawa musik, inspirasi, dan warna musik baru. Selain itu, ini merupakan saat yang tepat untuk berbagi pesan universal bahwa kita semua adalah anak-anak terang (children of light).”


Carlos Santana


• Nama: Carlos Augusto Alves Santana


• Lahir: Autlán de Navarro, Jalisco, Meksiko, 20 Juli 1947


• Diskografi:- Santana, 1969 – Abraxas, 1970- Santana III, 1971- Caravanserai, 1972- Welcome, 1973- Borboletta, 1974- Amigos, 1976- Festival, 1977- Marathon, 1979- Zebop, 1981- Shangó, 1982- Beyond Appearances, 1985- Freedom, 1987- Spirits Dancing in the Flesh, 1990- Milagro, 1992- Supernatural, 1999- Shaman, 2002- All That I Am, 2005- Guitar Heaven, 2010


View the original article here

Debby Ayu Merasa Sangat Nyaman Dijuluki Bom Seks, Beradegan Ranjang dan Tampil Dengan Busana Seadanya Dalam Film

Debby Ayu Bom Seks Generasi Baru Indonesia

Debby Ayu Bom Seks Generasi Baru Indonesia

Seringnya beradegan vulgar di sejumah film yang dibintanginya, membuat Debby Ayu sering dijulukin bom seks, manum bintang film Mati Di Ranjang ini masih merasa nyaman dengan predikat tersebut.

“Nyaman-nyaman saja tu, soalnya dalam kehidupan nyata aku nggak seperti itu, sebab itu semua cuman akting. Baguslah kalau aktingku mengena di masyarakat sehingga aku dijulukin kayak gitu,” tutur Debby Ayu, saat ditemui di FX, Senayan, Jakarta Pusat, kemarin.


Bintang film Jenglot Pantai Selatan ini juga mengakui dirinya memang seksi banget sehingga banyak produser dan sutradara yang selalu menawarinya beradegan ranjang, sensual dann vulgar dalam sebuah film. “Iya banyak yang bilang aku seksi terutama bibir aku dan semua lekuk tubuh aku. Tapi aku juga nggak merasa risih dengan itu semua, justru merupakan anugerah hingga aku dapat menikmati tatapan mupeng lelaki,”ungkapnya.


Artis bertubuh seksi ini juga mengatakan memakai bikini, lingeri dan pakaian seksi lainnya bukanlah sesuatu yang diianggap tabu atau pornografi, baginya kostum yang dikenakannya itu harus sesuai dengan kondisi atau tempat dirinya tampil menggunakan busana tersebut.


“Kalau tempatnya di pantai, kolam renang dan tempat tidur si nggak masalah aku pakai baju seksi, asal jangan di jalanan umum atau di mall aja, nanti bisa dianggap orang gila,” tuturnya seraya tertawa. Bintang film Susuk Pocong ini juga mengaku telah mendapatkan restu dan dukungan dari orang-orang yang dicintainya termasuk keluarga dan pacarnya.


“Orang tuaku nggak marah karena memang itu hanya akting, pacarku juga nggak mutusin hubungan karena dia pengertian dan tahu betul dunia hiburan itu seperti apa?”tandas Bintang film Mati Di Ranjang.


View the original article here

Saturday, 26 February 2011

Perceraian Olla Ramlan Ternyata Gara Gara Olla Ramlan Suka Selingkuh Dengan Teman Dekat

Perpisahan Olla Ramlan dan Alex Tian ternyata gara-gara gosip orang ketiga. Rumor yang akhirnya menghancurkan rumah tangga yang sudah dikaruniai seorang putra ini dihembuskan oleh teman dekat Olla sendiri di kalangan entertainment.


“Olla dituduh berselingkuh. Mungkin namanya juga kerja di dunia entertainment, jadi sangat dekat dengan kabar-kabar seperti itu. Padahal dia sudah 8 tahun dengan Alex tak ada masalah, tapi begitu Olla jadi host DAHSYAT, ada yang mengompori dan mungkin juga langsung ditelan mentah-mentah oleh Alex,” tutur ibunda Olla yang dijumpai di RCTI, Jakarta Barat, Selasa (15/2).


Tis’ah Assarah juga menuturkan bagaimana hancurnya sang putri kesayangan saat pernikahannya berakhir. Olla shock berat. Namun, kesigapan Tis’ah sebagai ibu tetap memberikan dukungan kepadanya.


“(Perasaan Olla) hancur. Tapi orang tua dukung sebagai ibu. Sebagai orang tua, apa yang dirasakan dia, pasti lebih merasakan. Bahkan jika bisa, apa yang dia alami biar saya saja. Namun kenyataan kayak begini dan harus dihadapi serta siap dan tawakal pada Allah. Dengan berjalannya waktu dia jadi lebih dewasa. Jadi ada hikmahnya di balik semua itu,” kata Tis’ah.


Olla sendiri juga pasrah atas perbuatan teman dekatnya yang menyebarkan gosip tersebut. Entah atas alasan apa, yang pasti Alex telah termakan dan pernikahannya pun akhirnya berakhir.


“Kata dia (Olla), sebabnya orang dekat, bukan orang jauh. Saya bilang banyak berdoa agar menjauh dan nggak terjadi. Tapi kenyataan berkata lain,” ujar Tis’ah, “Ada yang nggak senang. Mungkin ingin dekati Alex atau nggak senang dengan Olla.”


View the original article here