Tujuh dari 40 organisasi wanita di Karawang yang tergabung dalam Gabungan Organisasi Wanita (GOW) dan aliansi Perempuan Karawang, dalam waktu dekat ini akan mendatangi Badan Sensor Fim (BSF) di Jakarta, untuk membuktikan keseriusan menolak peredaran Film Arwah Goyang Karawang yang dibintangi Julia Ferez dan Dewi Perssik.
Mereka sebelum berangkat ke BSF, terlebih dahulu akan meminta dukungan dari DPRD dan Bupati Karawang, untuk menolak peredaran film Arwah Goyang Karawang tersebut.
Ketua Pengurus Daerah (PD) Aisyiah Karawang, Kholis Musfaroh, SH, mengatakan, pihaknya akan terus menggalang kekuatan untuk menolak peredaran film ini, karena tidak bermanfaat dan cenderung mendiskreditkan Karawang melalui budaya goyang Karawang yang disalahartikan.
“ Kami telah meminta tanda tangan dari organisasi – organisasi wanita dan organisasi lainnya yang ada di Karawang. Setelah minta dukungan dari DPRD dan Bupati Karawang kami akan datang langsung ke Kantor BSF dan mengirimkan surat keberatan beredarnya film tersebut,” tegas Kholis Musfaroh.
Kemudian Kholis mengungkapkan, selain menggalang kekuatan ditingkat elit, pihaknya juga akan menggalang kekuataan ke tingkat bawah.
“Kami telah memasang spanduk di depan Kantor Pemda Karawang, sebagai simbol penolakan kami terhadap penayangan film yang tidak bermanfaat itu. Kami juga menyebarkan brosur pada masyarakat di Manggung Jaya (Cilamaya Kulon) agar masyarakat tergugah, karena tradisi dan budaya masyarakat Karawang sudah diselewengkan melalui film ini,“ tegas Kholis.
Ketua Fatayat Kabupaten Karawang, Yani Suryani menyikapi adanya fim Arwah Goyang Karawang , juga mengatakan, setelah dia melihat promo film tersebut, sangat kecewa dengan peredaan film ini, kami sebagai warga Karawang merasa terlecehkan. Mungkin kalau tidak membawa nama Karawang dalam film tersebut, kami tidak akan mencekalnya, karena sesungguhnya goyang Karawang itu tidak seperti apa yang ada di film tersebut, paparnya.
Selanjutnya Yani Suryani mengungkapkan, film yang dibintangi dua artis seksi Julia Ferez dan Dewi Persik, hanya akan membuat citra negatif terhadap budaya masyarakat Kabupaten Karawang, karena film tersebut sarat unsur pornografi dan unsur porno aksi. Film ini jauh dari unsur pendidikan, hiburan dan tontonan positif, tapi penuh dengan intrik, konflik, horror serta bertolak belakang dengan budaya masyarakat Karawang.
Yani Suryani juga mengancam akan memobilisir massa lebih besar melalui 40 organisasi wanita yang tergabung dalam GOW, untuk memperkuat organisasi wanita yang telah menyatakan sikap seperti Aisyiah, Fatayat, Wanita Swadiri, Himpunan Wanita Karya (HMK), Persatuan Istri Purnawirawan POLRI (PERIP), Ikatan Istri Dokter dan PD Salimah.
Sementara itu menurut Ketua HMK, Idah Rosidah, menyatakan, dengan beredarnya Film Arwah Goyang Karawang, imej Karawang semakin rusak. Padahal goyang Karawang yang dimaksud lebih pada nilai sejarah yang penuh rasa nasionalisme “ Kalau dulu Soekarno tidak dibawa ke Rengasdengklok- Karawang, pada 16 Agustus 1945, Indonesia tidak akan bergoyang dan merdeka.
“Jadi yang dimaksud dengan goyang Karawang itu, bukan yang berbau sensualitas. Karawang merupakan daerah lumbung padi nasional dan tumbuh menjadi daerah Industri, hal – hal seperti itu yang tidak tersentuh atau terangkat dalam film tersebut.
Jangan sampai dirusak oleh film yang tidak bernilai pendidikan seperti itu. Saya sebagai aktifis perempuan Karawang yang menghendaki Karawang maju, menjadi sangat kecewa dengan adanya peredaan fim Arwah Goyang Karawang. Ini jelas-jelas sebagai “pembunuhan” karakter perempuan Karawang,” tegas Yani.
No comments:
Post a Comment