Saturday, 26 February 2011

Surat Terbuka Putri Nurdin Halid Atas Kecaman Terhadap Ayahnya

Surat anak Nurdin Halid menggemparkan jagat internet Indonesia. Surat yang diposting di  Kompasiana dengan judul Surat Terbuka dari Putri Nurdin Halid itu kini telah banyak menyita perhatian publik, bahkan sudah dilihat lebih dari 30.000-an pembaca. Surat itu sendiri berisi pembelaan anak Nurdin Halid terhadap ayahnya yang semakin sering dihujat belakangan ini. Surat tersebut juga menyebut kalau Nurdin Halid hanya menjadi bemper orang lain terkait kisruh verifikasi calon ketua umum PSSI.



Salam damai rakyat Indonesia,


Perkenalkan saya Andi Nurhilda Daramata Asiah Indasari, putri Bapak Nurdin Halid yang belakangan ini sedang diributkan oleh orang-orang. Saya satu-satunya putri dari enam bersaudara anak pasangan Nurdin Halid dan Andi Nurbani. Dari susunan keluarga ini saja saya sudah bisa melihat bahwa ayah saya orang hebat. Gen laki-laki sangat kuat. Kentara sekali gen orang Bugis dengan karakter lelaki yang kuat. Ya, ayah yang dilahirkan di Watampone pada 17 November 1958 memang dari keluarga Bugis.


Saya sengaja menulis surat ini lantaran ayah terus menerus dihujat. Masyarakat tampaknya termakan berita-berita di televisi maupun surat kabar. Sebenarnya, kalau mau fakta yang sesungguhnya, ada baiknya melihat tayangan tvOne dan ANTV, atau baca vivanews.com. Ketiga media ini menyuguhkan berita-berita independen tanpa prasangka. Sementara media lain lebih berat untuk menjatuhkan ayah saya. Menurut saya ini bukan lantaran ketiga media itu milik keluarga Aburizal Bakrie, senior ayah saya di Golkar, tetapi media itu ditangani orang-orang profesional macam Karni Ilyas, maupun Uni Lubis.


Sesungguhnya, tak benar jika ayah serakah kekuasaan. Ayah saya sekadar bumper dari orang-orang lain. Kisruh calon ketua PSSI bukan lantaran ulah ayah saya, tetapi kerja tim verifikasi. Lalu, kenapa ayah saya yang dihujat? Ini kolektif PSSI bukan Nurdin Halid!


Buat apa ayah saya cari kekuasaan di PSSI? Toh sebagai pengusaha, ayah saya sudah kaya. Saya bangga punya ayah Nurdin Halid. Ia bertanggungjawab kepada keluarga. Ada hal berkesan darinya saat saya nikah tahun lalu. Ayah sungguh-sungguh memperhatikan kepentinganku. Aku bisa pesta di hotel mewah di Makassar, Hotel Clarion. Di ballroom pula! Pesta berlangsung meriah dengan balutan “kemegahan”. Ayah orang hebat, terbukti 8.000 orang undangan hadir di pesta pernikahanku.


Kata omku, Kadir Halid, khusus pesta pernikahan di Makassar menelan biaya Rp 1,5 miliar-Rp 1,8 miliar. Total biaya tiga acara, Jakarta, Makassar, dan Sinjai konon menghabiskan Rp 5 miliar. Untuk menghibur tetamu, keluarga juga menghadirkan artis ternama Tanah Air, duet Anang dan Syahrini. Mereka yang hadir di antara tamu very important (VIP) di antaranya Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo beserta istri Ayunsri Harahap yang memboyong belasan kepala dinas dan kepala biro di lingkup pemerintah provinsi (pemprov). Gubernur Sulbar Anwar Adnan Saleh beserta istri, mantan Gubernur Sulsel Amin Syam beserta istri, serta mayoritas bupati di daerah ini juga hadir. Mereka di antaranya Bupati Soppeng Andi Soetomo, Bupati Takalar Ibrahim Rewa, Bupati Jeneponto Andi Radjamilo, Bupati Pangkep Syamsuddin A Hamid, Bupati Maros Hatta Rahman, Bupati Lutim Hatta Marakarma, pimpinan dan anggota DPRD, serta politisi di Sulawesi ini.


Pesta pernikahan Andi Nurhilda Daramata Asiah Indasari putri bungsu Nurdin Halid diklaimmenghabiskan Rp 5 Miliar


Jadi, kalau ayah saya sebagai koruptor, jelas tak ada yang mau hadir dalam pesta perkawinanku. Mana ada lelaki yang mau sama putri seorang koruptor. Malah aku bisa dipersunting keluarga biru, Andi Seto Gadhysta Asapa, putra seorang politisi terkenal Rudiyanto Asapa. Coba, seorang politisi tentu enggan berbesanan dengan koruptor.


Mertuaku tahu, Nurdin Halid bukanlah koruptor. Ketika ayah menjadi direktur Inkud, ia rela ditahan karena memuluskan impor minyak goreng. Padahal ayah membantu para pejabat agar memperoleh bagian dari impor itu. Ayah rela pasang badan di bui demi pertemanan dengan yang lain. Begitupun saat dituduh korupsi cengkeh, ayah saya hanya menjalani jual-beli!. Lalu ada lagi ribut-ribut ayah saya korupsi di PSSI, walah musykil itu. Tak ada uang dari Persisam. Tak ada uang terkait cek perjalanan Miranda Gultom. Ayah saya orang bersih, tetapi iklhlas untuk jadi bumper teman-temannya.


Ayah saya bertanggung-jawab dengan nama Nurdin Halid yang berarti “cahaya agama yang kekal”. Setiap jengkap langkah ayah senantiasa berpayung agama. Maka, ayah pun mementingkan naik haji. Ayah ingin berjalan di jalur Tuhan, bukan syetan yang punya nafsu serakah. Rasanya, rakyat Indonesia keliru menilai ayah saya. Justru saya yang tahu persis, ayah saya orang bersih yang hebat. Sebab, kalau ayah buruk hati pasti ditinggalkan teman-temannya. Sampai sekarang, termasuk di PSSI, orang masih setia kepada ayah. Lihat Om Nugraha Besus. Lihat Om Nirwan Bakrie. Mereka loyal terhadap ayah, karena Nurdin Halid memang cahaya agama.


Mudah-mudahan surat terbuka saya ini menjadi pencerah bagi saudara-saudaraku yang terperangkap gelap. Ayah saya datang membawa cahaya buat saudara-saudara rakyat Indonesia. Terimakasih.


Saya yang membanggakan ayah,
Andi Nurhilda Daramata Asiah Indasari


View the original article here

No comments:

Post a Comment